
Telah tetap tuntunan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam dalam hadits-hadits yang sangat banyak bahwa pada saat berdiri dalam sholat, tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri dan ini merupakan pendapat jumhur tabi’in dan kebanyakan ahli fiqhi bahkan Imam At-Tirmidzy berkata :”
Dan amalan di atas ini adalah amalan di kalangan para ulama dari para shahabat, tabi’in, dan orang-orang setelah mereka…”. Lihat Sunannya 2/32.
Dan amalan di atas ini adalah amalan di kalangan para ulama dari para shahabat, tabi’in, dan orang-orang setelah mereka…”. Lihat Sunannya 2/32.
Akan tetapi ada perbedaan pendapat tentang tempat meletakkan kedua tangan ini (posisi ketika tangan kanan di atas tangan kiri) di kalangan para ‘ulama dan inilah yang menjadi pembahasan untuk menjawab pertanyaan di atas.
Berikut ini pendapat-pendapat para ulama dalam masalah ini, diringkas dari buku La Jadida fi Ahkam Ash-Sholah karya Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid
Pendapat Pertama :
Meletakkan kedua tangan pada an-nahr, dan an-nahr adalah anggota badan di atas dada di bawah leher. Seekor onta yang akan disembelih, maka disembelih pada nahrnya dengan cara ditusuk dengan ujung pisau, itulah sebabnya hari ke-10 Dzulhijjah yaitu Hari Raya ‘Idul Adha (Qurban) disebut juga yaumunnahr – Hari An-Nahr (artinya : hari penyembelihan).
Pendapat Kedua :
Meletakkan kedua tangan di atas dada. Dan ini adalah pendapat Al-Imam Asy-Syafi’iy pada salah satu riwayat darinya, dan ini merupakan amalan Ishaq bin Rahawaih dan juga merupakan pendapat yang dipilih oleh Ibnul Qoyyim Al-Jauzy dan Asy-Syaukany dan pendapat ini dikuatkan oleh Syaikh Al-Albany dalam kitab Ahkamul Jana`iz dan Sifat Sholat Nabi.
Pendapat Ketiga :
Antara dada dan pusar (lambung / perut). Pendapat ini adalah sebuah riwayat pada madzhab Malik, Asy-Syafi’i dan Ahmad, sebagaimana disebutkan oleh Al-Imam Asy-Syaukany dalam Nailul Authar. Pendapat ini dikuatkan oleh Al-Imam Nawawy dalam Madzhab Asy-Syafi’i dan merupakan pendapat Sa’id bin Jubair dan Daud Azh-Zhohiry sebagaimana disebutkan oleh Al-Imam An-Nawawy di dalam Al-Majmu’ (3/313).
Pendapat Keempat :
Di atas Pusar. Pendapat ini merupakan salah satu riwayat dari Imam Ahmad dan dinukil dari Ali bin Abi Tholib dan Sa’id bin Jubair.
Pendapat Kelima :
Di bawah pusar. Ini adalah pendapat madzhab Al-Hanafiyah bagi laki-laki, Asy-Syafi’iy dalam sebuah riwayat, Ahmad, Ats-Tsaury dan Ishak
Pendapat Keenam :
Bebas diletakkan dimana saja ; di atas pusar, dibawahnya atau di atas dada.
Imam Ahmad ditanya : “Dimana seseorang meletakkan tangannya apabila ia sholat ?, beliau bekata : “Di atas pusar atau di bawah”. Semua itu ada keluasan menurut Imam Ahmad diletakkan di atas pusar, sebelumnya atau dibawahnya. Lihat Bada`i’ul Fawa`id 3/91 karya Ibnul Qoyyim.
Dan berkata Imam Ibnul Mundzir sebagaimana dalam Nailul Author : “Tidak ada sesuatupun yang tsabit (baca : Shohih) dari Nabi shollallahu ‘alaihi wa alihi wasallam, maka ia diberi pilihan”.
Dan perkataan Ibnul Qoyyim serupa dengannya sebagaimana yang dinukil dalam Hasyiah Ar-Raudh Al-Murbi’ (2/21).
Dan pendapat ini merupakan pendapat para ‘ulama di kalangan shahabat, tabi’in dan setelahnya. Demikian dinukil oleh Imam At-Tirmidzy.
Dan Ibnu Qosim dalam Hasyiah Ar-Raudh Al-Murbi’ (2/21) menisbahkan pendapat ini kepada Imam Malik.
Dan pendapat ini yang dikuatkan oleh Syeikh Al-‘Allamah Al-Muhaddits Muqbil bin Hady Al-Wadi’iy rahimahullah karena tidak ada hadits yang shohih tentang penempatan tangan kanan di atas tangan kiri dalam sholat.
http://an-nashihah.com/index.php?mod=article&cat=Fiqh&article=47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan cuma baca doang bro tp sekalian tinggalkan komentar.............